SIRAH NABAWIYYAH
(DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy)

MUQADDIMAH
Pentingnya Sirah Nabawiyah untuk memahami Islam
Tujuan dalam mengkaji Sirah Nabawiyah ialah agar setiap muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang tercermin didalam kehidupan nabi Muhammad saw, setelah dipahami secara konsepsional sebagai prinsip, kaidah dan hukum.
Yang dapat diperinci sbb:
1. Memahami kepribadian Rasulullah saw, bukan hanya sebagai genial diantara kaumnya, tetapi sebelum itu beliau adalah seorang Rasul yang didukung oleh Allah dengan wahyu dan taufiq dari-Nya
2. Agar manusia mendapatkan gambaran al-Matsal al A’la (tipe yang ideal) menyangkut seluruh kehidupan yang utama untuk dijadikan undang-undang dan pedoman kehidupannya. (QS. Al Ahzab:21)
3. Agar manusia memahami Kitabullah dan semangat tujuannya, karena banyak ayat-ayat Al Qur’an yang baru bisa ditafsirkan dan dijelaskan maksudnya melalui peristiwa-peristiwa yang pernah dihadapi Rasulullah saw dan disikapinya
4. Dengan mengkaji Sirah Nabawiyah, maka seorang muslim mendapatkan banyak tsaqofah dan pengetahuan islam yang benar, baik yang menyangkut aqidah, hukum ataupun akhlaq
5. Agar setiap pembina dan da’i Islam mendapatkan contoh hidup menyangkut cara-cara pembinaan dan da’wah
Oleh karena itu kajian Sirah Nabawiyah ini tidak lain hanya menampakkan aspek-aspek kemanusiaan ini secara eseluruhan yang tercermin dalam suri tauladan yang paling sempurna dan terbaik.
Sumber-Sumber Sirah Nabawiyah
1. Kitab Allah
Merupakan rujukan pertama dalam memahami sifat-sifat umum Rasulullah saw dan mengenal tahap-tahap umum dari sirah, dengan cara penyampaian sbb:
- Mengemukakan sebagian kejadian dari kehidupan dan sirahnya, cont: ayat-ayat yg menjelaskan ttg perang Badar, Uhud, Khandaq dan Hunain, serta pernikahan beliau dgn Zainab binti Jahsyi
- Mengomentari kasus-kasus dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menjawab masalah-masalah yang timbul atau mengungkapkan masalah yg belum jelas.
Akan tetapi pembahasan tsbt di dalam Al Qur’an disampaikan secara terputus-putus dan disajikan secara global serta sekilas tentang beberapa peristiwa dan berita
2. Sunnah Nabawiyah yang shahih
Seperti yang terkandung dalam kitab-kitab hadist yang enam, Muwaththa’ Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad. Namun belum tersusun secara urut dan sistematis dalam memberikan gambaran kehidupan Rasulullah saw sejak lahir hingga wafat. Hal ini dikarenakan:
- Pembahasan berdasarkan bab-bab Fiqh atau sesuai dgn satuan pembahasan yang berkaitan dgn syari’at Islam
- Para Imam hadist, khususnya al Kutub as-Sittah, ketika menghimpun hadist-hadist Rasulullah saw tidak mencatat riwayat sirahnya secara terpisah tetapi hanya mencatat dalil-dalil syari’ah secara umum yang diperlukan
Keistimewaan sumber kedua ini adalah, bahwa sebagian besar isinya diriwayatkan dengan sanad shahih yang bersambung kepada Rasulullah saw atau para sahabat yang merupakan sumber yang manqul, walaupun adapula yang dhaif yang tidak dapat dijadikan hujjah.
3. Kitab-kitab Sirah
Kajian sirah dimasa lalu diambil dari riwayat-riwayat pada masa sahabat yang disampaikan secara turun temurun tanpa ada yg memperhatikan untuk menyusun/ menghimpunnya dalam satu kitab.
Baru pada masa tabi’in sirah Nabawiyah disusun, diantaranya oleh Urwah bin Zubair, Aban bin Ustman, Syurahbil bin Sa’d, Wahab bin Munabbih dan Ibnu Syihab az-Zuhri. Akan tetapi semua yang mereka tulis ini lenyap, kecuali beberapa bagian yang sempat diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari. Ada yg mengatakan, bahwa sebagian tulisan Wahab bin Munabbih sampai sekarang masih tersimpan di Heidelberg, German.
Kemudian muncul tokoh berikutnya, yaitu Muhammad bin Ishaq dengan kitabnya al-Maghazi, Al-waqidi dan Muhammad bin Sa’d, penyusun kitab Ath-Thabaqat al Kubra. Kitab al-Maghazi ini merupakan data yg paling terpercaya, namun kitab ini turut pula musnah pada masa itu.
Kemudian muncul Abu Muhammad Abdu’l Malik (Abu Hisyam), setengah abad setelah Ibnu Ishaq, yang menyempurnakan dan meringkas kitab al-Maghazi karangan Ibnu Ishaq tsbt.

Rahasia dipilihnya Jazirah Arab sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhan Islam

1. Kondisi umat-umat yang hidup di sekitar jazirah Arab sebelum Islam
Saat itu dunia dikuasai oleh 2 negara adidaya: Persia dan Romawi, kemudian menyusul India dan Yunani. Dimana pada saat itu negara-negara tsbt berada dalam puncak kebejatan baik dari segi moral/akhlaq dan agama, cont: Persia dgn filsafat Zoroaster, Romawi dgn semangat kolonialismenya.
Sedangkan Jazirah Arab pada masa itu jauh dari kegoncangan tsbt. Mereka tidak memiliki kemewahan, peradaban, kekuatan militer dan juga filosofi sebagaimana negara-negara disekitarnya. Mereka hidup didalam kegelapan, kebodohan dan alam fitrah yang pertama, Akibatnya, mereka sesat dan tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan. Membunuh anak dgn dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta dgn dalih kedermawanan dan berperang diantara mereka dgn dalih harga diri dan kepahlawanan. (QS Al Baqarah:198)
2. Terletak ditengah-tengah umat yang ada pergolakan diantara 2 peradaban, yaitu: Barat, dengan materilaitisnya dan Timur dengan spiritualismenya sebagaiman yg telah dijelaskan diatas.
Sehingga orang-orang yang hidup “dimasa pencarian” tidak akan mengingkari kebodohannya dan tidak akan membanggakan peradaban dan kebudayaan yang tidak dimilikinya. Oleh karena itu lebih mudah disembuhkan dan diarahkan.
3. Nabi yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, agar manusia tidak ragu akan kenabiannya dan kebenaran da’wahnya. Adalah kesempurnaan hikmah Ilahiyah, jika bi’ah (lingkungan) tempat diutusnya Rasulullah dijadikan juga sbg bi’ah ummiyah (lingkungan yang ummi), bila dibandingkan dgn umat-umat lain yang ada disekitarnya; yakni tidak terjangkau sama sekali oleh peradaban-peradaban tetangganya. Seperti halnya akan timbul keraguan di dada manusia apabila Rasulullah saw adalah orang yang terpelajar dan pandai bergaul dgn kitab-kitab, sejarah umat-umat terdahulu dan semua peradaban negara-negara di sekitarnya. (QS.Al Jumuáh:2)
4. Baitul Haram merupakan tempat berkumpulnya manusia (QS. Al Baqarah:125) dan rumah pertama yang dibangun bagi manusia untuk beribadah, terletak di Jazirah Arab
5. Secara Geografis sangat kondusif untuk mengemban da´wah, sehingga mempermudah penyebaran Islam
6. Bahasa Arab memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya